Rabu, 18 Mei 2011

UNTUK APA BERETIKA.?


1.                  Etika : ilmu yang mencari orientasi
Apa bila kita pertama kali datang ke Jakarta dengan naik bus dari arah timur, kita akan turun di terminal Pulogadung.  Jika kita kebingungan, pasti para calo akan memperhatikan kita dan akan menawarkan “jasa baik” mereka. Bingung kita akan menjadi takut ketika harus memilih calo yang mana? Dapatkah dipercaya? Jangan-jangan kita mau dirampok.
Contoh tersebut memperlihatkan bahwa salah satu kebutuhan manusia yang paling fundamental adalah orientasi. Sebelum kita melakukan sesuatu apa pun kita harus mencari orientasi dulu. Kita harus tahu di mana kita berada, dan kemana kita harus bergerak untuk mencapai tujuan kita. Filsafat manusia  adalah manusia itu makhluk yang tahu dan mau. Artinya, kemauannya mengandaikan pengetahuan. Ia hamya melakukan berdasarkan pengertian-pengertian tentang dimana ia berada, tentang situasinya, jadi tentang segala faktor yang perlu diperhitungkan agar rencananya dapat terlaksana. Maka dari itu manusia memerlukan orientasi.
Etika yang menjadi pokok bahasan buku ini dapat dipandang sebagai sarana orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab suatu pertanyaan yang sangat fundamental : bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Banyak pihak yang menjawab pertanyaan itu, ada guru, adat istiadat, tradisi, teman lingkunagn social, agama, Negara. Tetapi apakah benar apa yang mereka katakan? Dan bagaimana kalo nasehatnya berbeda-beda? Lalu siapa yang harus d ikuti?
Dalam masalah ini etika membantu untuk mencari orientasi. Tujuannya agar kita tidak hidup ikut-ikutan terhadap pendapat orang lain. Etika mengajarkan kita untuk mengerti sendiri mengapa kita harus bersikap begini atau begitu. Etika mau membantu agar kita mampu memertanggung jawabkan kehidupan kita.

2.                  Etika dan ajaran moral
Untuk lebih mengerti apa itu etika, ia harus dibedakan dari ajaran moral.
Ajaran moral dimaksud ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, kumpulan peraturran dan ketetapan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusi yang baik. Sumber langsung ajaran moral bagi kita adalah berbagai orang yang berwenang, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, dan tulisan-tulisan yang bijak. Sumber dasar ajaran-ajaran itu adalah tradisi dan adat istiadat, ajaran agama atau ideologi-ideologi tertentu.
Etika bukan merupakan tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran moral. Etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan moral tidak pada tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup bukan etika melainkan moral. Etika mau mengerti mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab terhadap dengan berbagai ajaran moral.
Jadi etika merupakan kurang lebih dari moral. Kurang, karena etika tidak berwenang untuk menetapkan, apa yang boleh kita lakukan atau tidak. Lebih, karena etika berusaha mengerti mengapa kita harus hidup menurut norma-norma itu.

3.                  Apa gunanya etika?
Etika adalah pemikiran sisematis tentang moralitas. Yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan pengertian yang lebih mendasar dan kritis.
Beberapa alasan mengapa etika diperlukan pada zaman ini.
Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang semakin prulalistik, juga dalam bidang moralitas.
Kedua, kita hidup dalam masa transformasi masyarkat yang tanpa tanding. Perubahan itu terjadi di bawah hantaman kekuatan yang mengenai semua segi kehidupan kita, yaitu gelombang modernisasi. Dalam situasi ini etika akan membantu agar kita tidak kehilangan orientasi, dapat membedakan antara apa yang hakiki dan apa yang dapat berubah sewaktu-waktu, untuk itu kita tetap sanggup mengambil sikap-sikap yang dapat dipertanggung jawabkan.
Ketiga, dengan etika kita dapat menghadapi ideologi-ideologi yang baru dengan kritis dan objektif  dan membentuk penlaian sendiri.
Keempat, etika juga dierlukan ntuk kaum agama yang di suatu pihak menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka.dan tidak takut untuk berpartisipasi dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah ini.

4.                  Etika dan agama
Etika memang tidak dapat mengantikan agama. Tetapi dilain pihak etika juga tidak bertentangna dengan agama, bahkan diperlukan olehnya, kenapa?
Ada dua masalah agama yang tidak dapat dipecahkan tanpa penggunaan metode-metode etika. Pertama adalah hukum yang termuat dalam wahyu dan yang kedua adalah masalah moral yang baru, yang tidak dibahas secara langsung atau jelas di dalam wahyu tersebut.
Masalah pertama, mengenai hokum yang termuat dalam wahyu. Masalahnya tidak terletak pada wahyu, melainkan pada manusia yang harus menangkap maksudnya. Belum tetntu manusia mendapatkan maksud yang benar seratus persen. Dan bahkan banyak para ulama yang seagama berbeda pendapat dari suatu wahyu.
Untk masalah itu, usaha untuk menemukan pesan wahyu yang sebenarnya diperlukan metode-metode etika. Dengan etika kita akan mempertanyakan pandangan moral agama kita secara kritis.
Masalah kedua ialah bagaimana menaggapi masalah moral yang baru yang tidak dibahas secara jelas atau langsung oleh wahyu. Misalnya masalah bayi tabung dan pencangkokan ginjal. Masalah ini tidak dibicarakan secara eksplisit. Jadi paling-paling ditangani dengan kias. Untuk mengambil sikap yang benar dapat dipertanggung jawabkan terhadap masalah-masalah diperlukan etika.


5.                  Metode etika
Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan memeriksa kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma-norma, dan pandangan-pandangan secara kritis. Etika menuntut pertanggung jawaban dan mau menyingkapkan kerancuan. Etika berusaha untuk menjernihkan permasalahan morl.

6.                  Apa arti ata “moral”
Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagi manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
 Norma-norma moral adalah tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Maka dengan norma-norma moral kita betul-betul dinilai. Itulah sebab penilaian selalu berbobot.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar